Cat Paw"),auto;}

Snow Effect

Saturday, January 12, 2013

When i Shout, When I Feel Afraid 5

Story 5 - Shimura Mie

Pada awalnya, kehidupanku hanyalah seperti anak perempuan biasa.
Pergi ke sekolah, tertawa bersama teman-teman, merasakan sulitnya PR yang diberikan guru, dan tinggal bersama keluarga yang utuh.

Saat itu aku merasa cukup bahagia.

Tapi semua berubah, saat aku dan keluargaku pergi ke camping saat liburan.

Saat itu, aku masih berumur 11 tahun. Saat itu aku masih merasa kehidupan yang normal ini akan terus berlanjut. Sampai saat aku dan keluargaku mulai memasuki hutan.

Pada awalnya, aku berjalan mengikuti ayah dan ibuku dari belakang. Tapi, aku merasa ada sesuatu milikku yang terjatuh. Aku kembali ke belakang untuk mencari barang itu. Sepertinya, mereka tidak menyadari nya. Aku hanya menelusuri jalan yang tadi dilewati oleh keluargaku, Ayahku memberikan tanda agar tidak tersesat. Lalu, akupun berhasil menemukan benda itu, aku merasa senang. Dan saat aku ingin menyusul orang tuaku, tanda yang diberikan ayahku masih ada. Saat itu aku berpikir 'Aku tidak akan tersesat jika mengikuti tanda ini'.

Akupun mengikuti tanda itu. Tetapi, beberapa saat kemudian, aku melihat tanda itu di arah yang lain. Aku tidak tahu yang mana yang ditandai oleh ayahku. Akhirnya, aku mengikuti tanda yang ada di sebelah kanan.

Aku berjalan terus mengikuti tanda itu. Setelah beberapa lama, aku tiba si suatu tempat.
Saat aku tiba di sana, aku melihat beberapa orang melakukan hal yang aneh. Aku tidak begitu mengerti, tapi hal yang mereka lakukan sangat aneh.
Mereka memutari seorang perempuan yang berdiri di tengah sebuah lingkaran yang bergambar aneh. Dan, ada beberapa sesuatu yang berbentuk cincin yang memutari perempuan tersebut. Lalu, seseorang menyadari kehadiranku. Tiba-tiba mereka semua yang ada di situ menatapku dengan tatapan yang mengerikan. Begitu menakutkan. Lalu, karna ketakutan, aku langsung berlri tak tentu arah.

Aku terus berlari menjauhi tempat itu. Aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri saat itu.
Dan, saat aku sudah sadar,

Aku tersesat.

Aku hanya duduk di sana sambil berharap orang tuaku dapat menemukanku dengan cepat. Aku berpikir, aku tidak bisa hanya diam dan menunggu saja. Akupun mencoba menelpon.
'Tapi, di hutan 'kan tidak ada sinyal' pikirku saat itu.
Tapi, aku tidak peduli, aku berharap terjadi keajaiban.
Tapi yang namanya hutan, tetap saja tidak ada sinyal.

Akhirnya aku hanya berharap ada keajaiban. Ibuku pernah mengatakan 'kalau tersasar, jangan pergi ke mana-mana. Nanti, kami yang mencarimu'. Semoga saja aku benar-benar ditemukan.

Entah sudah berapa lama aku menunggu di tempat itu, matahari sudah mulai terbit dan aku masih belum melihat mereka.

Akhirnya, aku memutuskan untuk mencari mereka. Aku mencari jalan keluar, dan akhirnya aku sampai ke kota. Aku pikir, kalau sudah di sini, sudah bisa menelpon. Lalu, saat aku ingin mengambil ponselku..

Dia tidak ada di kantong jaketku, mungkin ada di kantong celana. Tapi, dia juga tidak ada di sana. Aku mulai panik. Lalu aku mencoba mengecek isi tasku.
Tapi, dia juga tidak ada di sana.

Ponselku hilang.

Akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling kota untuk mencari mereka.
Saat itu, tujuanku hanyalah pulang ke rumah.

Sejak saat itu aku hanya berputar-putar mengelilingi kota.
Entah sudah berapa hari aku hanya berputar-putar di kota itu. Mungkin, sudah lebih dari sebulan.
selama itu aku hanya makan dengan sisa uang yang kutabung selama ini. Awalnya aku ingin pulang dengan sisa uang itu. Tetapi saat itu aku tidak tahu aku ada di kota mana dan dengan apa aku ke rumah.

Lalu, suatu hari, aku merasa sangat lapar dan uangku sudah habis. Aku harap seseorang akan mengulurkan tangannya padaku. Aku tahu aku banyak berharap. Saat itu aku hanya duduk di pinggir jalan sambil menundukkan wajahku.

"Sedang apa kau di situ?"

Aku merasa mendengar suara seseorang. Akupun langsung mengangkat wajahku.
Dan aku melihat seseorang tepat di depanku.

Akupun menjawab "Aku Tersesat". Orang itu diam sebentar, lalu dia menjawab "Kalau begitu, kau mau ikut denganku?".
Mungkin ini keajaiban.
Akupun menerima tawarannya.

"Siapa namamu?" tanya orang itu.
"Mie... Namaku Shimura Mie" jawabku.

Perempuan itu tersenyum, lalu dia mengatakan "Nama yang bagus." "Kalau begitu, panggil aku Yuzuko"

Setelah itu, aku pergi ke rumah 'Yuzuko'. Di sana ada banyak anak-anak sepertiku. Mungkin ini tempat penampungan anak miliknya.

Selama beberapa tahun aku tinggal di sana. Aku mendapat banyak teman baru. Aku juga mendapat banyak pengalaman baru. Kurasa aku menyukai kehidupan baruku di sini.

Sampai suatu hari...

# Kriing~ Kriing~
Telepon berbunyi, Yuzuko-san pun mengangkatnya
"Selamat siang, ini Yuzuko." Tapi, Kali ini ada yang aneh, beberapa detik kemudian Yuzuko langsung menutup tepelonnya tanpa berbicara apa-apa.

Lalu dia mendekatiku.

Dia mendekatiku sambil marah-marah. Aku tidak tahu kenapa.
Aku sangat ketakutan, aku tidak bisa mendengar apa yang dia katakan. Tapi aku terus mundur ke belakang. Dan akhirnya aki sampai ke pojok.
Tiba-tiba dia mengeluarkan pisau.
dan menempelkannya pada leherku.

Dalam sekejap, tangan dan kakiku menjadi dingin.

Saat itu teringat lagi di kepalaku apa saja yang sudah kulewati selama ini, saat aku masih bisa tertawa bersama teman-teman sekelasku dulu, saat aku masih bisa tidur di kasur sesudah pulang dari sekolah. Aku juga teringat kembali saat aku sudah 'dipungut' oleh Yuzuko dan bertemu dengan teman-teman baru disini, dan juga impianku yang belum tercapai, yaitu bertemu kembali dengan keluargaku.

"Kau telah melakukannya 'kan?" tanya Yuzuko.
Hanya itu yang kudengar saat itu. Tetapi aku tidak mengerti apa yang dia katakan. Aku telah melakukan apa?

Teman-temanku yang lainnya di sana hanya melihatku dengan mata yang menyeramkan. Sebenarnya, apa yang terjadi di rumah itu?
Apa yang terjadi pada Yuzuko? kenapa dia jadi seperti itu?

Yuzuko adalah seorang perempuan yang baik hati, murah senyum. Dia yang membawaku kesini dan aku berterimakasih kepadanya. Jika aku tidak bertemu dengannya, mungkin tempat tinggalku adalah jalanan, saat ini. Selama 5 tahun aku tinggal di rumah itu. Dan semuanya baik-saik saja sampai saat ini.

Pisaunya sudah makin dekat dengan leherku. Tanpa berpikir panjang, aku langsung lari.
Pipiku tergores pisaunya, tapi itu lebih baik daripada aku mati saat itu.

Beberapa bulan kemudian, aku berumur 17 tahun.

Dan aku melewati beberapa bulan itu hanya dengan berjalan-jalan di sekitar sini. Aku sudah mulai melupakan kejadian itu. Selain itu, aku juga sudah kenal beberapa orang di sini. Walau begitu, aku masih tetap merasa sedikit trauma atas kejadian itu.


Dan, suatu hari, saat aku sedang berjang jalan-jalan di kota, aku melihat seseorang yang hanya duduk di sudut. Seseorang yang hanya duduk di sana dan tidak berbuat apa-apa selain itu.
Saat itu aku berpikir 'mungkin terjadi sesuatu padanya. Aku akan coba menegurnya.'

Akupun membuka mulutku, "Hei! Sedang apa kau di situ?"


つづく

1 comment:

Cat Paw Cat Paw